jam

Blogger news

likr

Rabu, 30 April 2014

7 manusia terakhir one the spot

4. pejuang suku indian terakhir
    Tatanka Iyotake (Tatanka Iyotanka), begitulah orang-orang menyebut namanya. Ia adalah orang Indian dari suku Hunkpapa Sioux (suku yang dikenal sebagai salah satu suku Indian yang paling keras menentang pendudukan orang kulit putih). Ia mempunyai banyak panggilan, yaitu Slow, Jumping Badger, dan Sitting Bull.
http://www.historyforkids.org/learn/northamerica/after1500/history/pictures/sittingbull.jpg
Tatanka Iyotake a.k.a Sitting Bull

Tanggal kelahiranya tak ada orang tahu, tapi intinya adalah ia lahir pada tahun 1831 di dekat Grand River. Ia dikenal sebagai jenderal perang pasukan Indian yang mempunyai sekitar 3500 prajurit. Bersama pasukanya, ia berjuang untuk mengusir kaum pendatang kulit putih dari wilayahnya, mereka mengusir para penduduk kulit putih karna orang-orang kulit putih selalu merebut wilayah kekuasaan mereka.


Tatanka Iyotake
Bersama pasukanya, ia telah menjalani berbagai perang melawan pasukan Kulit Putih (pasukan Amerika), mulai dari perang Awan Merah yang terjadi antara tahun 1865 sampai 1868, Perang besar Sioux yang terjadi antara tahun 1876 sampai 1877, hingga perang yang sangat terkenal, yaitu perang yang dinamakan Beatle of Little Bighorn dimana Ia dan pasukannya melawan Pasukan Pasukan Amerika di bawah komando George Amstrong Custer pada 25 Juni 1876 dimana ia menggunakan taktik gerilya dan berhasil membunuh banyak pasukan Amerika walaupun pada akhirnnya harus kalah..


5. Firaun Cleopatra Firaun terakhir


        Selepas satu demi satu Ptolmey bersilih ganti dan tidak ada yang banyak menyumbang bakti kepada pembangunan Mesir bahkan menyumbang kepada kemorosotan Mesir. Akhirnya tibalah masanya Firaun Cleopatra mengambil alih takhta ayahnya dan beliau bakal menjadi firaun Mesir yang terakhir. Mengikut buku rujukan yang berjudul 'Misteri Firaun musuh Para Nabi oleh A Fareez Abd Razak Al Hafiz' yang saya baca, dalam pelbagai bahagian isi kandungan buku tersebut, saya amat tertarik dengan kisah Firaun Cleopatra ini. Menurut penceritaan pada buku tersebut, terdapat tujuh Cleopatra kesemuanya, namun yang paling terkenal adalah Cleopatra VII ini. 

          Nama Cleopatra cukup terkenal sehinggalah kini. Dapat dilihat banyak produk-produk kecantikan dan perkhidmatan kesihatan yang dijenamakan dengan nama Cleopatra ini. Cleopatra VII merupakan puteri kepada Firaun Ptolemy XII Auletes 'Si Pemain Seruling'. Semasa kecil lagi Cleopatra VII menyaksikan bagaimana ayahandanya itu menghadapi pelbagai masalah termasuklah timbulnya pemberontakan menentang ayahandanya. Maka beliau mengambil satu tindakan yang terdesak iaitu meminta bantuan empayar Rom bagi menolongnya dan mengekalkan takhtanya. Firaun Pttolemy XII membuat perundingan, memberi rasuah dan sebagainya kepada pemerintah Rom. Imbuhan-imbuhan terus diberikan kepada Rom selagi Firaun Ptolemy XII berkuasa di Mesir.
6.  kaisar cina terakhirPǔyí (Hanzi tradisional: 溥儀; Hanzi sederhana: 溥仪) (7 Februari 1906 - 17 Oktober 1967) dari klan Aisin Gioro suku Manchu, merupakan Kaisar Cina terakhir dan penguasa ke-12 dan penutup dari Dinasti Qing. Sejak umur 2 tahun, ia telah berkuasa sebagai Kaisar Xuantong (Tionghoa: 宣統; pinyin: Xuān​tǒng Dì; Wade–Giles: Kaisar Hsuan-tung) dari tahun 1908 hingga penurunan takhtanya pada 12 Februari 1912, setelah Revolusi Xinhai berhasil dilancarkan. Dari tanggal 1 hingga 12 Juli 1917, ia sempat mengalami restorasi singkat berkat bantuan Jenderal Zhang Xun. Pada tahun 1934 ia mendeklarasikan diri sebagai "Kaisar Kangde" (Wade-Giles: "Kaisar Kang-te") dari negara boneka Manchukuo yang dikendalikan Kekaisaran Jepang. Ia berkuasa di sana hingga akhir Perang Cina-Jepang Kedua pada tahun 1945. Setelah Republik Rakyat Tiongkok didirikan pada tahun 1949, Puyi ditahan sebagai penjahat perang selama 10 tahun, menulis tentang masa lalunya, dan menjadi anggota Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China.
Penurunan takhta Puyi pada tahun 1912 menandai akhir dari ribuan tahun kekuasaan dinasti di Tiongkok. Ia pun terkenal di seluruh penjuru dunia dengan julukan "The Last Emperor (Kaisar Terakhir)".

7. pangeran korea terakhir
Yi Seok, pangeran terakhir yang masih menetap di Korea Selatan, sangat terkesan dengan lirik lagu-lagu Divine Performing Arts (The Epoch Times)

(Kebijakanjernih.net) Seoul, Korea Selatan – Ketika Divine Performing Arts (DPA) tampil di Universal Arts Center, Seoul pada tanggal 7 Pebruari 2009, Yi Seok, pangeran terakhir dari Korea Selatan, sangat terharu oleh pertunjukan DPA.

“Sepertinya sudah saatnya bagi rakyat Korea Selatan untuk mempelajari lebih banyak mengenai China,” ungkap keturunan dari Dinasti Joseon yang sudah berusia lima abad.

Yi, lahir pada tahun 1941, adalah cucu dari Kaisar Gojong dan kemenakan dari penerusnya, Kaisar Sunjong, raja terakhir Korea Selatan.

“Saya tidak menemukan banyak kesempatan untuk mengenal kebudayaan Tionghoa. Saya pikir harus mulai mengenal kebudayaan Tionghoa lebih banyak. Adalah baik jika kita dapat lebih sering menonton pertunjukan seperti ini. Setelah menontonnya, saya dapat katakan, pertunjukan DPA benar-benar menggetarkan.”

Divine Performing Arts berusaha meniupkan nafas kehidupan baru ke dalam kebudayaan tradisional Tionghoa dengan menyajikan sebuah pengalaman indah nan luhur kepada para penonton dimana pun berada.

Selama pendudukan Jepang, dimulai pada tahun 1910, Yi tumbuh di Istana Sadong, Seoul, dimana para dayang menjaganya. Setelah Perang Dunia II berakhir, Korea  dibebaskan oleh Amerika Serikat di bagian selatan dan Soviet di bagian utara. Presiden baru, Syngman Rhee, menekan keluarga kekaisaran dan menyita semua aset keluarga yang belum dibawa oleh orang Jepang.

Setelah pecah Perang Korea pada tahun 1950, keluarga kekaisaran tinggal di biara lereng bukit di Pulau Jeju di ujung selatan Korea sampai perang berakhir pada tahun 1953, saat mereka kembali ke Seoul.

Yi harus bekerja untuk menafkahi keluarganya selama masa-masa sulit Perang Korea dan Perang Dingin, dimana Korea memerangi komunisme dan subversi internal. Dia lulus dari jurusan Bahasa Asing di Universitas Hankook, Seoul, setelah mempelajari beberapa bahasa.

Yi, dengan bakat musiknya, menjadi penyanyi terkenal pada tahun 1960-an saat berumur 20 dan mempunyai beberapa lagu yang mencetak kesuksesan.

Lirik lagu-lagu dari pertunjukan DPA melekat dalam pikirannya. “Lagu-lagu dari penyanyi solo berulang kali menyebut reinkarnasi; yang meninggalkan kesan sangat dalam pada saya,” ungkap Yi.

Dia saat ini adalah seorang profesor sejarah di Universitas Jeonju, dan presiden dari Imperial Grandson Association, mengabdikan diri pada pemeliharaan budaya kerajaan. Dia juga pengarang buku mengenai keluarga kerajaan Dinasti Joseon yang baru saja diterbitkan.

Setelah menonton Divine Performing Arts untuk pertama kalinya, Yi berkata, “Saya mempunyai sebuah perasaan baru, sebuah sensasi baru. Pertunjukan yang benar-benar menggentarkan. Saya sangat tersentuh.”

“Sangat langka mempunyai kesempatan untuk mempelajari budaya Tionghoa. Ketika budaya lenyap, seperti sebuah bangsa lenyap. Setelah menonton pertunjukan itu, saya merasa penting untuk mengembalikan kebudayaan Korea dan menghidupkan kembali spiritualitas rakyat Korea.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA