jam

Blogger news

likr

Jumat, 09 Mei 2014

Ali bin Abi Thalib

Khalifah Islam Ke-4Ali
Khalifah Ar-Rasyidin
Lahir
Ali bin Abi Thalib
599
Mekkah, Jazirah Arab (Sekarang
Saudi Arabia)
Meninggal
28 Januari 661
Tempat peristirahatan
Najaf , Irak
Dikenal karena
Sahabat Nabi Muhammad
Agama
Islam
‘Alī bin Abī Thālib (Arab : ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ
ﻃﺎﻟﺐ , Persia : ﻋﻠﯽ ﭘﺴﺮ ﺍﺑﻮ ﻃﺎﻟﺐ ) (lahir
sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/ 599 –
wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/ 661 ),
adalah salah seorang pemeluk Islam
pertama dan juga keluarga dari Nabi
Muhammad. Menurut Islam Sunni, ia
adalah Khalifah terakhir dari
Khulafaur Rasyidin. Sedangkan
Syi'ah berpendapat bahwa ia adalah
Imam sekaligus Khalifah pertama
yang dipilih oleh Rasulullah
Muhammad SAW. Uniknya meskipun
Sunni tidak mengakui konsep
Imamah mereka setuju memanggil
Ali dengan sebutan Imam, sehingga
Ali menjadi satu-satunya Khalifah
yang sekaligus juga Imam. Ali adalah
sepupu dari Muhammad, dan setelah
menikah dengan Fatimah az-Zahra , ia
menjadi menantu Muhammad .
Perbedaan pandangan mengenai
pribadi Ali bin Abi Thalib
Syi'ah
Bagian dari artikel tentang
Imam Syi'ah
Dua Belas Imam
Ali bin Abi Thalib
Hasan al-Mujtaba
Husain asy-Syahid
Ali Zainal Abidin
Muhammad al-Baqir
Ja'far ash-Shadiq
Musa al-Kadzim
Ali ar-Ridha
Muhammad al-Jawad
Ali al-Hadi
Hasan al-Askari
Muhammad al-Mahdi
lihat bicara
sunting
Syi'ah berpendapat bahwa Ali
adalah khalifah yang berhak
menggantikan Nabi Muhammad , dan
sudah ditunjuk oleh Beliau atas
perintah Allah di Ghadir Khum.
Syi'ah meninggikan kedudukan Ali
atas Sahabat Nabi yang lain, seperti
Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Syi'ah selalu menambahkan nama Ali
bin Abi Thalib dengan Alayhi Salam
(AS) atau semoga Allah melimpahkan
keselamatan dan kesejahteraan.
Ahlussunnah
Ahlussunnah memandang Ali bin
Abi thalib sebagai salah seorang
sahabat rasulullah yang terpandang.
Hubungan kekerabatan Ali dan
rasulullah sangat dekat sehingga ia
merupakan seorang ahlul bait dari
nabi shallallahu'alaihi wa sallam.
Ahlussunnah juga mengakui Ali bin
abi thalib sebagai salah seorang
khulafaurrasyidin (khalifah yang
mendapat petunjuk).
Sunni menambahkan nama Ali
dengan Radhiyallahu Anhu (RA) atau
semoga Allah ridha padanya .
Tambahan ini sama sebagaimana
yang juga diberikan kepada Sahabat
Nabi yang lain.
Sufi
Sufi menambahkan nama Ali bin Abi
Thalib dengan Karramallahu Wajhah
(KW) atau semoga Allah me-mulia-
kan wajahnya. Doa kaum Sufi ini
sangat unik, berdasar riwayat bahwa
beliau tidak suka menggunakan
wajahnya untuk melihat hal-hal
buruk bahkan yang kurang sopan
sekalipun. Dibuktikan dalam
sebagian riwayat bahwa beliau tidak
suka memandang ke bawah bila
sedang berhubungan intim dengan
istri. Sedangkan riwayat-riwayat lain
menyebutkan dalam banyak
pertempuran (duel-tanding), bila
pakaian musuh terbuka bagian
bawah terkena sobekan pedang
beliau, maka Ali enggan meneruskan
duel hingga musuhnya lebih dulu
memperbaiki pakaiannya.
Ali bin Abi Thalib dianggap oleh
kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu
al-hikmah (divine wisdom) dan
futuwwah (spiritual warriorship).
Dari beliau bermunculan cabang-
cabang tarekat (thoriqoh ) atau
spiritual-brotherhood . Hampir
seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah
keturunan beliau sesuai dengan
catatan nasab yang resmi mereka
miliki. Seperti pada tarekat
Qadiriyah dengan pendirinya Syekh
Abdul Qadir Jaelani , yang merupakan
keturunan langsung dari Ali melalui
anaknya Hasan bin Ali seperti yang
tercantum dalam kitab manaqib
Syekh Abdul Qadir Jilani (karya Syekh
Ja'far Barzanji) dan banyak kitab-
kitab lainnya.
Riwayat Hidup
Kelahiran & Kehidupan Keluarga
Kelahiran
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah
Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13
Rajab. Menurut sejarawan, Ali
dilahirkan 10 tahun sebelum
dimulainya kenabian Muhammad,
sekitar tahun 599 Masehi atau
600 (perkiraan). Muslim Syi'ah
percaya bahwa Ali dilahirkan di
dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap
Nabi Muhammad masih
diperselisihkan hingga kini, sebagian
riwayat menyebut berbeda 25 tahun,
ada yang berbeda 27 tahun, ada
yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Beliau bernama asli Haydar bin Abu
Thalib, paman Nabi Muhammad
SAW. Haydar yang berarti Singa
adalah harapan keluarga Abu Thalib
untuk mempunyai penerus yang
dapat menjadi tokoh pemberani dan
disegani di antara kalangan Quraisy
Mekkah.
Setelah mengetahui sepupu yang
baru lahir diberi nama Haydar ,
[rujukan? ] Nabi SAW memanggil
dengan Ali yang berarti Tinggi
(derajat di sisi Allah).
Kehidupan Awal
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama
Fatimah binti Asad , dimana Asad
merupakan anak dari Hasyim ,
sehingga menjadikan Ali, merupakan
keturunan Hasyim dari sisi bapak
dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak
memberi hiburan bagi Nabi SAW
karena beliau tidak punya anak laki-
laki. Uzur dan faqir nya keluarga
Abu Thalib memberi kesempatan
bagi Nabi SAW bersama istri beliau
Khadijah untuk mengasuh Ali dan
menjadikannya putra angkat. Hal ini
sekaligus untuk membalas jasa
kepada Abu Thalib yang telah
mengasuh Nabi sejak beliau kecil
hingga dewasa, sehingga sedari kecil
Ali sudah bersama dengan
Muhammad.
Dalam biografi asing (Barat),
hubungan Ali kepada Nabi
Muhammad SAW dilukiskan seperti
Yohanes Pembaptis ( Nabi Yahya)
kepada Yesus (Nabi Isa ). Dalam
riwayat-riwayat Syi'ah dan sebagian
riwayat Sunni , hubungan tersebut
dilukiskan seperti Nabi Harun
kepada Nabi Musa .
Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad SAW
menerima wahyu, riwayat-riwayat
lama seperti Ibnu Ishaq
menjelaskan Ali adalah lelaki
pertama yang mempercayai wahyu
tersebut atau orang ke 2 yang
percaya setelah Khadijah istri Nabi
sendiri. Pada titik ini Ali berusia
sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu
turun, Ali banyak belajar langsung
dari Nabi SAW karena sebagai anak
asuh, berkesempatan selalu dekat
dengan Nabi hal ini berkelanjutan
hingga beliau menjadi menantu
Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti
bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada
pelajaran-pelajaran tertentu masalah
ruhani (spirituality dalam bahasa
Inggris atau kaum Salaf lebih suka
menyebut istilah 'Ihsan') atau yang
kemudian dikenal dengan istilah
Tasawuf yang diajarkan Nabi khusus
kepada beliau tapi tidak kepada
Murid-murid atau Sahabat-sahabat
yang lain.
Karena bila ilmu Syari'ah atau
hukum-hukum agama Islam baik
yang mengatur ibadah maupun
kemasyarakatan semua yang diterima
Nabi harus disampaikan dan
diajarkan kepada umatnya,
sementara masalah ruhani hanya
bisa diberikan kepada orang-orang
tertentu dengan kapasitas masing-
masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada
Ali dalam semua aspek ilmu Islam
baik aspek zhahir (exterior) atau
syariah dan bathin (interior) atau
tasawuf menggembleng Ali menjadi
seorang pemuda yang sangat cerdas,
berani dan bijak.
Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah
ke Madinah
Ali bersedia tidur di kamar Nabi
untuk mengelabui orang-orang
Quraisy yang akan menggagalkan
hijrah Nabi. Beliau tidur
menampakkan kesan Nabi yang tidur
sehingga masuk waktu menjelang
pagi mereka mengetahui Ali yang
tidur, sudah tertinggal satu malam
perjalanan oleh Nabi yang telah
meloloskan diri ke Madinah bersama
Abu Bakar.
Kehidupan di Madinah
Perkawinan
Setelah masa hijrah dan tinggal di
Madinah , Ali dinikahkan Nabi
dengan putri kesayangannya Fatimah
az-Zahra . Nabi menimbang Ali yang
paling tepat dalam banyak hal
seperti Nasab keluarga yang se-
rumpun (Bani Hasyim ), yang paling
dulu mempercayai ke-nabi-an
Muhammad (setelah Khadijah ), yang
selalu belajar di bawah Nabi dan
banyak hal lain.
Julukan
Ketika Muhammad mencari Ali
menantunya, ternyata Ali sedang
tidur. Bagian atas pakaiannya
tersingkap dan debu mengotori
punggungnya. Melihat itu
Muhammad pun lalu duduk dan
membersihkan punggung Ali sambil
berkata, "Duduklah wahai Abu Turab,
duduklah." Turab yang berarti debu
atau tanah dalam bahasa Arab.
Julukan tersebut adalah julukan
yang paling disukai oleh Ali.
Pertempuran yang diikuti pada
masa Nabi saw
Perang Badar
Beberapa saat setelah menikah,
pecahlah perang Badar, perang
pertama dalam sejarah Islam. Di sini
Ali betul-betul menjadi pahlawan
disamping Hamzah , paman Nabi.
Banyaknya Quraisy Mekkah yang
tewas di tangan Ali masih dalam
perselisihan, tapi semua sepakat
beliau menjadi bintang lapangan
dalam usia yang masih sangat muda
sekitar 25 tahun.
Perang Khandaq
Perang Khandaq juga menjadi saksi
nyata keberanian Ali bin Abi Thalib
ketika memerangi Amar bin Abdi
Wud . Dengan satu tebasan
pedangnya yang bernama dzulfikar,
Amar bin Abdi Wud terbelah
menjadi dua bagian.
Perang Khaibar
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang
memuat perjanjian perdamaian
antara kaum Muslimin dengan
Yahudi, dikemudian hari Yahudi
mengkhianati perjanjian tersebut
sehingga pecah perang melawan
Yahudi yang bertahan di Benteng
Khaibar yang sangat kokoh, biasa
disebut dengan perang Khaibar. Di
saat para sahabat tidak mampu
membuka benteng Khaibar, Nabi saw
bersabda:
"Besok, akan aku serahkan
bendera kepada seseorang yang
tidak akan melarikan diri, dia
akan menyerang berulang-ulang
dan Allah akan mengaruniakan
kemenangan baginya. Allah dan
Rasul-Nya mencintainya dan dia
mencintai Allah dan Rasul-Nya".
Maka, seluruh sahabat pun
berangan-angan untuk mendapatkan
kemuliaan tersebut. Namun, temyata
Ali bin Abi Thalib yang mendapat
kehormatan itu serta mampu
menghancurkan benteng Khaibar
dan berhasil membunuh seorang
prajurit musuh yang berani bernama
Marhab lalu menebasnya dengan
sekali pukul hingga terbelah menjadi
dua bagian.
Peperangan lainnya
Hampir semua peperangan beliau
ikuti kecuali perang Tabuk karena
mewakili nabi Muhammad untuk
menjaga kota Madinah .
Setelah Nabi wafat
Sampai disini hampir semua pihak
sepakat tentang riwayat Ali bin Abi
Thalib, perbedaan pendapat mulai
tampak ketika Nabi Muhammad
wafat. Syi'ah berpendapat sudah ada
wasiat (berdasar riwayat Ghadir
Khum) bahwa Ali harus menjadi
Khalifah bila Nabi SAW wafat. Tetapi
Sunni tidak sependapat, sehingga
pada saat Ali dan Fatimah masih
berada dalam suasana duka orang-
orang Quraisy bersepakat untuk
membaiat Abu Bakar.
Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi
dalam kitab Tarikh-nya Jilid II
Menyebutkan suatu peristiwa
sebagai berikut. Dalam perjalan
pulang ke Madinah seusai
menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-
Wada'),malam hari Rasulullah saw
bersama rombongan tiba di suatu
tempat dekat Jifrah yang dikenal
denagan nama "GHADIR KHUM." Hari
itu adalah hari ke-18 bulan
Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya
kemudia berkhutbah di depan
jamaah sambil memegang tangan
Imam Ali Bin Abi Tholib r.a.Dalam
khutbahnya itu antara lain beliau
berkata : "Barang siapa menanggap
aku ini pemimpinnya, maka Ali
adalah pemimpinnya.Ya Allah,
pimpinlah orang yang mengakui
kepemimpinannya dan musuhilah
orang yang memusuhinya"
Pengangkatan Abu Bakar sebagai
Khalifah tentu tidak disetujui
keluarga Nabi Ahlul Baitdan
pengikutnya. Beberapa riwayat
berbeda pendapat waktu pem-bai'at-
an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu
Bakar sebagai Khalifah pengganti
Rasulullah . Ada yang meriwayatkan
setelah Nabi dimakamkan, ada yang
beberapa hari setelah itu, riwayat
yang terbanyak adalah Ali mem-
bai'at Abu Bakar setelah Fatimah
meninggal, yaitu enam bulan setelah
meninggalnya Rasulullah demi
mencegah perpecahan dalam ummat
Ada yang menyatakan bahwa Ali
belum pantas untuk menyandang
jabatan Khalifah karena umurnya
yang masih muda, ada pula yang
menyatakan bahwa kekhalifahan dan
kenabian sebaiknya tidak berada di
tangan Bani Hasyim .
Sebagai khalifah
Peristiwa pembunuhan terhadap
Khalifah Utsman bin Affan
mengakibatkan kegentingan di
seluruh dunia Islam yang waktu itu
sudah membentang sampai ke Persia
dan Afrika Utara. Pemberontak yang
waktu itu menguasai Madinah tidak
mempunyai pilihan lain selain Ali
bin Abi Thalib sebagai khalifah,
waktu itu Ali berusaha menolak,
tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah
bin Ubaidillah memaksa beliau,
sehingga akhirnya Ali menerima
bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-
satunya Khalifah yang dibai'at secara
massal, karena khalifah sebelumnya
dipilih melalui cara yang berbeda-
beda.
Sebagai Khalifah ke-4 yang
memerintah selama sekitar 5 tahun.
Masa pemerintahannya mewarisi
kekacauan yang terjadi saat masa
pemerintah Khalifah sebelumnya,
Utsman bin Affan . Untuk pertama
kalinya perang saudara antara umat
Muslim terjadi saat masa
pemerintahannya, Pertempuran
Basra. 20.000 pasukan pimpinan Ali
melawan 30.000 pasukan pimpinan
Zubair bin Awwam, Talhah bin
Ubaidillah , dan Ummul mu'minin
Aisyah binti Abu Bakar, janda
Rasulullah . Perang tersebut
dimenangkan oleh pihak Ali.
Peristiwa pembunuhan Khalifah
Utsman bin Affan yang menurut
berbagai kalangan waktu itu kurang
dapat diselesaikan karena fitnah
yang sudah terlanjur meluas dan
sudah diisyaratkan (akan terjadi)
oleh Nabi Muhammad SAW ketika
beliau masih hidup, dan diperparah
oleh hasutan-hasutan para
pembangkang yang ada sejak zaman
Utsman bin Affan , menyebabkan
perpecahan di kalangan kaum
muslim sehingga menyebabkan
perang tersebut. Tidak hanya selesai
di situ, konflik berkepanjangan
terjadi hingga akhir
pemerintahannya. Pertempuran
Shiffin yang melemahkan
kekhalifannya juga berawal dari
masalah tersebut.
Ali bin Abi Thalib , seseorang yang
memiliki kecakapan dalam bidang
militer dan strategi perang,
mengalami kesulitan dalam
administrasi negara karena
kekacauan luar biasa yang
ditinggalkan pemerintahan
sebelumya. Ia meninggal di usia 63
tahun karena pembunuhan oleh
Abdrrahman bin Muljam, seseorang
yang berasal dari golongan Khawarij
(pembangkang) saat mengimami
salat subuh di masjid Kufah, pada
tanggal 19 Ramadhan , dan Ali
menghembuskan napas terakhirnya
pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40
Hijriyah. Ali dikuburkan secara
rahasia di Najaf , bahkan ada
beberapa riwayat yang menyatakan
bahwa ia dikubur di tempat lain.
Keturunan
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Keturunan Ali bin Abi Thalib
Ali memiliki delapan istri setelah
meninggalnya Fatimah az-Zahra [1]
dan memiliki keseluruhan 36 orang
anak. Dua anak laki-lakinya yang
terkenal, lahir dari anak Nabi
Muhammad, Fatimah , adalah Hasan
dan Husain .
Keturunan Ali melalui Fatimah
dikenal dengan Syarif atau Sayyid ,
yang merupakan gelar kehormatan
dalam Bahasa Arab , Syarif berarti
bangsawan dan Sayyed berarti tuan .
Sebagai keturunan langsung dari
Muhammad, mereka dihormati oleh
Sunni dan Syi'ah.
Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib
memiliki 36 orang anak yang terdiri
dari 18 anak laki-laki dan 18 anak
perempuan. Sampai saat ini
keturunan itu masih tersebar, dan
dikenal dengan Alawiyin atau
Alawiyah. Sampai saat ini keturunan
Ali bin Abi Thalib kerap digelari
Sayyid.
Anak laki-laki
Anak perempuan
Hasan al-Mujtaba
Zainab al-Kubra
Husain asy-Syahid
Zainab al-Sughra
Muhammad bin al-Hanafiah
Ummu Kaltsum
Abbas al-Akbar (dijuluki Abu Fadl )
Ramlah al-Kubra
Abdullah al-Akbar
Ramlah al-Sughra
Ja'far al-Akbar
Nafisah
Utsman al-Akbar
Ruqaiyah al-Sughra
Muhammad al-Ashghar
Ruqaiyah al-Kubra
Abdullah al-Ashghar
Maimunah
Abdullah (yang dijuluki Abu Ali)
Zainab al-Sughra
‘Aun
Ummu Hani
Yahya
Fathimah al-Sughra
Muhammad al-Ausath
Umamah
Utsman al-Ashghar
Khadijah al-Sughra
Abbas al-Ashghar
Ummu al-Hasan
Ja'far al-Ashghar
Ummu Salamah
Umar al-Ashghar
Hamamah
Umar al-Akbar
Ummu Kiram

Sumber : wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BACA JUGA